jurnalistika.id – Google menggoda para pemburu celah keamanan alias bug hunters dengan tantangan anyar, menemukan bug dalam sistem kecerdasan buatannya.
Raksasa teknologi asal Mountain View itu membuka program berburu bug (bug bounty) yang kali ini berfokus pada produk-produk berbasis kecerdasan buatan atau AI.
Lewat laman resmi Google Bug Hunters pada Senin (6/10/2025), perusahaan mengumumkan kesempatan emas ini untuk para peneliti keamanan digital di seluruh dunia.
Program ini lebih spesifik pada “bug AI”, istilah yang Google gunakan untuk menggambarkan kelemahan di dalam model atau sistem AI generatif yang bisa menimbulkan kerusakan, penyalahgunaan, atau ancaman keamanan.
Baca juga: 7 Prompt Gemini AI Edit Foto Pakai Jersey Timnas Indonesia, Detail dan Realistis
Bayangkan, seseorang menemukan cara menyuntikkan perintah tersembunyi agar Google Home tanpa sengaja membuka kunci pintu rumah.
Atau skenario lain, sebuah instruksi AI berbahaya yang bisa mengumpulkan semua e-mail pengguna dan mengirimkan ringkasannya ke akun tertentu. Aksi-aksi seperti inilah yang ingin dicegah Google lewat program ini.
Bug AI bisa muncul ketika model AI berperilaku di luar kendali atau memungkinkan pihak lain memanfaatkannya untuk tujuan jahat.
Imbalan dan Klasifikasi
Dan tentu saja, imbalannya tak main-main. Google menyiapkan hadiah hingga 20.000 dolar AS atau sekitar Rp331 juta bagi mereka yang berhasil menemukan bug AI berbahaya.
Bahkan, hadiah itu bisa dilipatgandakan hingga 30.000 dolar AS (sekitar Rp497 juta) untuk laporan yang dianggap sangat krusial.
Untuk mempermudah para peserta, Google membagi klasifikasi bug AI menjadi tiga kategori, yaitu flagship, standar, dan lainnya.
Flagship
mencakup bug yang ditemukan pada produk utama Google seperti Search, dan aplikasi Gemini AI. Lalu Google Workspace seperti Gmail, Drive, Meet, dan Docs.
Baca juga: 7 Cara Mengatasi Layar Sentuh HP Tidak Merespons
Pemburu bug di kategori ini berpeluang mengantongi hadiah tertinggi, yakni hingga setengah miliar rupiah.
Standar
Meliputi bug yang muncul di platform seperti AI Studio, Jules, atau aplikasi Workspace lain seperti NotebookLM dan Appsheet, dengan hadiah maksimal 15.000 dolar AS atau sekitar Rp248 juta.
Kategori Lainnya
Sedangkan kategori lainnya mencakup temuan bug di produk Google di luar dua kelompok tadi, dengan besaran hadiah yang lebih kecil namun tetap menggiurkan.
Langkah ini menjadi babak kedua dari inisiatif keamanan AI Google. Program serupa pertama kali diluncurkan pada Oktober 2023.
Kala itu, perusahaan menyalurkan total hadiah mencapai 430.000 dolar AS (sekitar Rp7,1 miliar). Diberikan kepada para peneliti yang berhasil mengungkap celah berbahaya di teknologi AI-nya.
Lewat ajang baru ini, Google tampaknya ingin menunjukkan keseriusannya dalam memastikan keamanan ekosistem AI yang kini menjadi tulang punggung berbagai layanannya.
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.
