SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Jurnalistika

5 Alasan Kamu Harus Coba Sambal Tuktuk Khas Tapanuli, Sumut

  • Jurnalistika

    13 Okt 2025 | 14:35 WIB

    Bagikan:

image

Penampilan sambal tuktuk khas Tapanuli, Sumatera Utara. (Dok. resepkoki.id/IG:@agustialidya88)

jurnalistika.id – Sumatera Utara punya banyak cara untuk menggoda lidah. Kalau kamu mengenal sambal andaliman yang jadi ikon Batak, ternyata ada sambal lain yang tak kalah legendaris yakni Sambal Tuktuk.

Cita rasanya kuat, pedasnya menggigit, dan aromanya menggoda sejak pertama dihidangkan. Kuliner ini berasal dari Tapanuli, dan kini menjadi salah satu sambal paling khas dari Mandailing Natal.

Berbeda dengan sambal-sambal lain yang mengandalkan cabai sebagai pemeran utama, sambal tuktuk punya satu bahan rahasia yang membuatnya unik, andaliman, rempah khas Batak dengan sensasi getir dan menggigit di lidah.

Baca juga: 7 Makanan Khas yang Wajib Dicoba Saat Pulang ke Padang Sidempuan

Nah, berikut lima alasan kenapa sambal tuktuk wajib kamu coba setidaknya sekali seumur hidup, terlebih para pemburu kuliner nusantara.

1. Rasa Pedasnya Punya Karakter Unik

Sambal tuktuk tidak hanya pedas di lidah, tapi juga menimbulkan sensasi kesemutan yang khas dari andaliman. Getaran rasa ini membuat sambal tuktuk terasa hidup dan berbeda dari sambal daerah lain.

Bagi pencinta pedas sejati, kombinasi cabai, kecombrang, dan andaliman ini jadi tantangan yang nikmat untuk dicoba.

2. Mengandung Cita Rasa Tradisi Tapanuli yang Kental

Sambal tuktuk adalah cermin dari budaya kuliner Tapanuli yang sarat akan rasa dan sejarah. Dahulu, sambal ini selalu disajikan bersama ikan aso-aso, ikan kering yang mirip kembung, sebagai lauk khas masyarakat Tapanuli.

Baca juga: 5 Makanan Khas Batak, Tak Boleh Terlewat Saat Liburan ke Danau Toba

Dalam perkembangannya, sambal tuktuk juga kerap dipadukan dengan ikan teri tawar. Setiap gigitan menghadirkan cita rasa masa lalu yang masih hidup di meja makan orang Batak hingga sekarang.

3. Proses Pembuatannya Punya Cerita Sendiri

Nama “tuktuk” berasal dari bunyi yang muncul saat sambal diulek di cobek batu. Bunyi itulah yang menjadi ciri khasnya. Prosesnya sederhana, tapi sarat makna.

Semua bahan, cabai, tomat, bawang merah, kemiri, dan kecombrang, digoreng, lalu diulek bersama andaliman. Setiap tumbukan menciptakan aroma khas yang langsung menggoda selera.

Setelah halus, sambal diberi perasan jeruk nipis dan sedikit air panas agar aromanya makin tajam dan segar.

Setiap keluarga punya resep sendiri, yang membedakan takaran pedas, banyaknya andaliman, hingga jenis ikan kering yang digunakan.

4. Cocok untuk Segala Jenis Hidangan

Sambal tuktuk mudah dipadukan dengan banyak lauk. Disantap dengan nasi hangat dan ikan goreng sudah cukup membuat makan terasa istimewa. Di beberapa daerah, sambal ini juga dijadikan pelengkap sayur daun singkong atau ayam bakar.

Baca juga: 6 Spot Kuliner Malam di Jaksel yang Bikin Lidah Ketagihan

Rasanya yang gurih, pedas, dan sedikit citrus dari jeruk nipis membuatnya mampu memperkaya rasa apa pun yang menemani di piring.

5. Oleh-oleh Khas Mandailing yang Tahan Lama

Bagi yang berkunjung ke Mandailing Natal, sambal tuktuk kini mudah ditemukan di toko oleh-oleh. Banyak produsen lokal mengemasnya dalam bentuk kalengan agar tahan lama tanpa kehilangan cita rasa aslinya.

Beberapa varian bahkan menambahkan campuran ikan aso-aso atau ikan nila untuk memberi sensasi gurih yang berbeda. Menjadikannya oleh-oleh khas Sumatera Utara yang selalu dicari wisatawan.

Sambal tuktuk Tapanuli adalah warisan rasa bagi masyarakat sekarang yang sudah bertahan lintas generasi.

Setiap sendok sambalnya membawa cerita tentang kehangatan keluarga, aroma dapur tradisional, dan cinta terhadap pedas yang tidak pernah pudar.

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

makanan khas daerah

makanan khas tapanuli

tapanuli



logo jurnalistika
Tentang KamiRedaksiKontak KamiTangerang SelatanAdvertorial

Langganan newsletter

Update berita langsung ke email Anda.

Copyright © 2025 Jurnalistika.id 💚 PT. Sahabat Jurnalistik Media. All rights reserved.