SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Jurnalistika

Teori Konspirasi: Uang Diciptakan untuk Menciptakan Kelas Miskin dan Kaya

  • Jurnalistika

    29 Okt 2025 | 19:05 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi teori konspirasi uang.

jurnalistika.id – Bayangkan sebuah dunia di mana manusia hidup tanpa angka, tanpa nilai tukar, tanpa lembaran kertas yang menentukan siapa berkuasa dan siapa tunduk.

Semua orang memetik hasil alam, menanam untuk hidup, bukan untuk dijual. Tapi di tengah tatanan alami itu, muncul satu ciptaan yang mengubah segalanya bernama uang.

Lembaran kecil yang katanya “bernilai”, padahal tidak lebih dari kertas berdesain indah yang diberi kuasa oleh keyakinan kolektif manusia.

Inilah awal mula teori konspirasi besar bermula, bahwa uang diciptakan bukan untuk memudahkan hidup manusia, melainkan untuk menciptakan dua kelas si kaya dan si miskin.

Uang Adalah Rancangan Sosial oleh Elit

Konon, teori ini bermula dari gagasan bahwa uang bukan hasil evolusi ekonomi, melainkan rancangan sosial. Para “arsitek sistem” di masa awal peradaban ingin menemukan cara mengontrol manusia tanpa harus menaklukkan mereka secara fisik.

Solusinya sederhana, ciptakan sesuatu yang membuat manusia percaya bahwa kebahagiaan dan keberlangsungan hidup bergantung padanya. Maka uang lahir, bukan sebagai alat tukar, melainkan alat kendali.

Baca juga: Nggak Percaya Kamu Berani Nonton 5 Film Paling Horor Ini!

Lihatlah bagaimana uang bekerja, nilainya tidak pernah pasti, tetapi pengaruhnya absolut. Seseorang bisa kehilangan seluruh harga dirinya hanya karena kehilangan angka di rekeningnya.

Sementara segelintir orang, dengan kepemilikan uang yang berlimpah, mampu mengatur arah kebijakan, menguasai tanah, bahkan menentukan nasib lingkungan.

Dari situlah, muncul kelompok yang disebut para konspirator sebagai “kaum kapitalis”, segelintir penguasa uang yang mencetak dan mengatur nilainya sesuka hati.

Bank Jadi Instrumen untuk Menguatkan Si Kaya

Dalam versi teori ini, bank sebetulnya tidak cuma berperan menajdi lembaga keuangan, melainkan mesin pencipta hierarki sosial. Bank mencetak uang “dari udara”, memberi pinjaman dengan bunga, dan memastikan sebagian besar manusia akan selalu berada di posisi terhutang.

Baca juga: 5 Hiburan Paling Mujarab Saat Stres karena Kerjaan

Sebab tanpa hutang, tidak ada kontrol. Dengan hutang, sistem berjalan, si miskin bekerja untuk melunasi, si kaya duduk mengatur angka, dan para penguasa modal terus menanamkan keyakinan bahwa semua ini “demi kesejahteraan”.

Padahal yang sejahtera hanya mereka yang punya akses terhadap sumber penciptaan uang itu sendiri.

Alih Tangan Sumber Daya Alam ke Sistem Korporasi

Para penganut teori ini bahkan meyakini bahwa sejak awal, sistem moneter dirancang agar sumber daya alam beralih kepemilikan dari rakyat ke tangan korporasi.

Ketika uang menjadi satu-satunya ukuran nilai, maka hutan, laut, dan tanah tidak lagi dipandang sebagai ruang hidup, melainkan sebagai aset.

Nilai ekologis dan spiritual alam lenyap, digantikan angka dalam laporan keuangan. Akibatnya, manusia perlahan menjauh dari alam dan semakin bergantung pada sistem ekonomi yang sama sekali tidak mereka kendalikan.

Padahal jika ditarik ke masa lampau, manusia bisa bertahan hidup tanpa uang. Mereka menanam, berburu, berbagi, dan hidup dalam keseimbangan.

Baca juga: Merawat Kader Ala Don Vito Corleone

Alam menyediakan segalanya tanpa invoice, tanpa kontrak, tanpa bunga pinjaman. Namun ketika uang diperkenalkan, semua itu berubah.

Manusia diajari untuk “memiliki” sesuatu, bukan lagi “menggunakan secukupnya”. Hubungan sosial bergeser menjadi hubungan transaksional.

Persahabatan bisa rusak karena utang, keluarga bisa retak karena warisan, dan cinta pun bisa diukur dari kemampuan ekonomi.

Uang: Ilusi Kekuasaan

Teori ini juga menyinggung sisi psikologis uang. Dikatakan bahwa uang bukan sekadar alat, tetapi ilusi kekuasaan yang menumpulkan nurani.

Ketika manusia percaya bahwa semua bisa dibeli, maka nilai-nilai kemanusiaan pun ikut terjual. Orang rela mengorbankan alam, bahkan sesamanya, demi menambah nominal di tabungan.

Kapitalisme akhirnya menjadi agama baru, dengan uang sebagai tuhannya dan pasar sebagai tempat ibadahnya.

Teori konspirasi uang bahkan dikaitkan dengan simbol-simbol tersembunyi di mata uang dunia. Dalam teori ini, simbol piramida pada uang dolar bukan sekadar desain, melainkan representasi tatanan sosial yang diinginkan, segelintir penguasa di puncak, dan miliaran rakyat di dasar.

Mereka yang di puncak tidak perlu mengendalikan banyak hal; cukup menjaga agar orang di bawah tetap percaya pada nilai kertas yang mereka ciptakan.

Dan semua ini terjadi dalam kesunyian yang menakjubkan. Tidak perlu senjata, tidak perlu perang. Hanya selembar kertas, dan seluruh dunia tunduk.

Lalu, pertanyaannya, apakah benar uang hanyalah alat buatan manusia yang disulap menjadi sistem kendali global? Apakah benar, tanpa uang, manusia bisa hidup lebih bebas dan selaras dengan alam?

Ataukah semua ini hanya narasi yang tercipta dari rasa lelah terhadap sistem ekonomi yang tak berpihak pada keadilan?

Teori ini tentu tidak bisa dibuktikan secara empiris. Namun daya tariknya justru terletak pada kemampuannya mengguncang logika keseharian kita.

Ia mengingatkan bahwa di balik kenyamanan modernitas, mungkin saja tersembunyi sistem yang dibangun bukan untuk memerdekakan, melainkan untuk mengendalikan.

Dan mungkin, sebagaimana semua teori konspirasi uang yang menggoda, kebenarannya tidak pernah benar-benar penting. Yang menarik justru pertanyaan yang ditinggalkannya, benarkah uang melayani manusia, atau manusia yang kini melayani uang?

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Disclaimer: Tulisan ini hanya hiburan semata, disusun untuk memancing imajinasi dan refleksi, bukan sebagai fakta ilmiah atau pandangan akademik.

teori konspirasi

teori konspirasi uang

trending



logo jurnalistika
Tentang KamiRedaksiKontak KamiTangerang SelatanAdvertorial

Langganan newsletter

Update berita langsung ke email Anda.

Copyright © 2025 Jurnalistika.id 💚 PT. Sahabat Jurnalistik Media. All rights reserved.